Beranda | Artikel
Menggapai Manisnya Iman
Minggu, 12 April 2009

Imam Muslim rahimahullah meriwayatkan di dalam Shahihnya :

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ يَحْيَى بْنِ أَبِي عُمَرَ الْمَكِّيُّ وَبِشْرُ بْنُ الْحَكَمِ قَالَا حَدَّثَنَا عَبْدُ الْعَزِيزِ وَهُوَ ابْنُ مُحَمَّدٍ الدَّرَاوَرْدِيُّ عَنْ يَزِيدَ بْنِ الْهَادِ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ إِبْرَاهِيمَ عَنْ عَامِرِ بْنِ سَعْدٍ عَنْ الْعَبَّاسِ بْنِ عَبْدِ الْمُطَّلِبِ أَنَّهُ سَمِعَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ ذَاقَ طَعْمَ الْإِيمَانِ مَنْ رَضِيَ بِاللَّهِ رَبًّا وَبِالْإِسْلَامِ دِينًا وَبِمُحَمَّدٍ رَسُولًا

Muhammad bin Yahya bin Abi Umar al-Makki dan Bisyr bin al-Hakam menuturkan kepada kami. Mereka berdua berkata; Abdul Aziz yaitu bin Muhammad ad-Darawardi menuturkan kepada kami dari Yazid bin al-Had dari Muhammad bin Ibrahim dari Amir bin Sa’d dari al-‘Abbas bin Abdul Muthallib -radhiyallahu-anhu- bahwa beliau mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Akan dapat merasakan lezatnya iman yaitu orang yang merasa ridha Allah sebagai Rabbnya, merasa ridha Islam sebagai agamanya, dan merasa ridha Muhammad -shallallahu ‘alaihi wa sallam- sebagai utusan (dari-Nya).” (HR. Muslim dalam Kitab al-Iman, hadits no. 34, lihat Syarh Nawawi [2/86])

Hadits yang agung ini mengandung pelajaran berharga, di antaranya adalah :

  1. Keimanan yang dimiliki manusia itu bertingkat-tingkat, ada yang rendah dan ada yang tinggi
  2. Seorang yang memiliki kadar keimanan yang tinggi akan dapat merasakan kelezatan iman
  3. Kelezatan iman itu akan didapatkan oleh orang yang hatinya dipenuhi rasa cinta kepada Allah, Rasul-Nya dan agama Islam
  4. Hadits ini menunjukkan bahwa akar dari kekuatan iman adalah dari dalam hati, bukan sekedar perbuatan fisik yang tanpa ada ruh di dalamnya
  5. Kelezatan iman itu akan bisa didapatkan oleh kaum lelaki maupun perempuan
  6. Hadits ini menunjukkan bahwa pada hakikatnya kesukaran yang dihadapi oleh orang-orang yang teguh di atas keimanan mereka merupakan batu loncatan untuk mendapatkan kenikmatan ruhiyah yang amat nikmat yaitu kenikmatan dalam menjalankan ketaatan dan enggan untuk menerjang larangan-larangan serta berusaha keras untuk menjauh darinya
  7. Hadits ini menunjukkan bahwa semakin tinggi keimanan seseorang maka dia akan semakin melaksanakan ajaran-ajaran Islam secara lebih sempurna bukan justru dengan meninggalkannya sebagaimana yang diyakini oleh sebagian kaum tarekat sufi
  8. Hadits ini menunjukkan sesatnya keyakinan kaum Pluralis dan Liberal yang menganggap bahwa keimanan seorang muslim masih belum sempurna apabila masih merasa bahwa agama Islam merupakan satu-satunya agama yang benar. Sebaliknya, hadits ini justru menunjukkan bahwa semakin tinggi keimanan seseorang maka semakin besar kecintaannya kepada Islam dan semakin kuat kebenciannya kepada agama-agama kekafiran
  9. Hadits ini juga mengandung bantahan bagi sebagian kaum Syi’ah yang menganggap bahwa malaikat Jibril salah dalam memberikan wahyu
  10. Hadits ini menunjukkan bahwa semakin sempurna keimanan seseorang maka dia akan semakin tunduk kepada aturan dan hukum Allah ta’ala sebab hal itu merupakan konsekuensi atas sifat Rububiyah-Nya
  11. Di dalamnya juga terdapat penetapan sebagian dari asma’ul husna yaitu Allah dan Rabb
  12. Hadits ini menunjukkan bahwa kata Rabb tidak boleh dipakai untuk menyebut selain Allah
  13. Hadits ini mengandung penetapan kerasulan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan itu artinya setiap orang harus meyakini kebenaran beritanya, harus menaati perintah dan larangannya serta beribadah kepada Allah dengan syari’at-Nya bukan dengan bid’ah dan hawa nafsu
  14. Hadits ini menunjukkan bahwa iman itu terdiri dari bagian-bagian
  15. Hadits ini juga menunjukkan wajibnya mentauhidkan Allah dalam hal uluhiyah sebab hal itu merupakan konsekuensi dari tauhid rububiyah. Dan faidah lain yang belum saya ketahui. Wallahu a’lam, wa shallallahu ‘ala Nabiyyina Muhammadin wa ‘ala alihi wa sallam.


Artikel asli: http://abumushlih.com/menggapai-manisnya-iman.html/